[Nusantara] Pelajaran dari Sipadan dan Ligitan

Gigih Nusantara gigihnusantaraid@yahoo.com
Thu Dec 19 08:36:58 2002


Pelajaran dari Sipadan dan Ligitan 

AKHIRNYA Pulau Sipadan dan Ligitan dimiliki oleh
Malaysia, setelah Mahkamah Internasional dalam
pengumuman dan keputusan yang dilakukan tanggal 17
Desember lalu memberikan hak kepemilikan kepada negara
tetangga tersebut. Dua pulau yang terletak di sebelah
timur laut Pulau Kalimantan tersebut, menjadi sengketa
sejak 1969, ketika dua negara (Malaysia dan Indonesia)
memetakan perbatasannya. Banyak usaha bilateral yang
telah dilakukan oleh kedua negara yang menyelesaikan
sengketa ini, tetapi tidak berhasil. Indonesia dan
Malaysia kemudian sepakat menyerahkan persoalan
tersebut ke Mahkamah Internasional pada November 1998.


Dengan pengajuan masalah itu ke Mahkamah
Internasional, apa pun yang menjadi keputusan badan
internasional ini akan mengikat kedua negara.
Keputusan Mahkamah Internasional yang memenangkan
Malaysia itu pada akhirnya memang harus diterima
Indonesia. Menteri Luar Negeri Indonesia Hassan
Wirajuda, atas nama pemerintah kemudian menyatakan
menerima kenyataan tersebut, meski diimbuhi dengan
kata-kata kekecewaan yang mendalam. 

*** 

Kalau dilihat dari dimensinya, konflik Pulau Sipadan
dan Ligitan ini secara sederhana mengandung makna
tradisional sekaligus modern. Secara tradisional,
sengketa tersebut merupakan akibat dari kolonialisme
masa lalu yang melanda kawasan Asia Tenggara. Inggris
yang menjajah Malaysia dan Belanda yang menjajah
Indonesia, menyisakan garis perbatasan yang tidak
tegas ketika mereka meninggalkan tanah jajahannya.
Itulah yang kemudian membuat sengketa itu berkembang,
menurun kepada negara yang mewarisi tanah bekas
jajahan tersebut. 

Dalam konteks modern, sengketa Pulau Sipadan-Ligitan
ini tidak bisa dilepaskan dari kepentingan nasional
suatu negara akan sumber daya alam yang dikandungnya.
Negara modern selalu berupaya mencari tambahan
penghasilan nasional melalui eksplorasi sumber daya
alam. Hangatnya sengketa antara Malaysia dan Indonesia
ini bisa dikatakan mulai memuncak pada dekade delapan
puluhan ketika di dua pulau itu dijumpai potensi
pariwisata bawah air yang luar biasa bagusnya.
Didorong oleh potensi tersebut, Malaysia membangun
kompleks pariwisata di Pulau Sipadan. Menurut survai
yang dilakukan oleh beberapa lembaga dunia,
pemandangan bawah laut yang ada di Pulau Sipadan,
konon memiliki nilai terbaik di dunia. Karena itu,
Malaysia telah berhasil meraih jutaan dolar dari
sektor pariwisata di pulau itu sebelum kemudian
dihentikan sementara menyusul proses ini dibawa ke
Mahkamah Internasional. Di tengah makin berkurangnya
energi minyak di seluruh dunia, potensi pariwisata
menjadi rebutan sebagai lahan penyumbang devisa
nasional. 

Di kawasan Asia Tenggara, sengketa yang bernuansa
modern dengan sumber daya alam ini, masih
dikhawatirkan akan muncul lagi di masa depan, yakni
dengan adanya saling klaim kepemilikan pulau-pulau di
Kepulauan Spratley di Laut Cina Selatan, yang diduga
mengandung kekayaan berupa minyak bumi. Sengketa
demikian juga diduga akan muncul mengenai Celah Timor,
antara Indonesia, Australia dan Timor Timur. 

Keputusan kepemilikan kedua pulau tersebut ke tangan
Malaysia, bukanlah kebijakan politik tetapi merupakan
keputusan Mahkamah Internasional yang harus mengikat
kedua negara. Indonesia juga telah menerima keputusan
mengikat tersebut. Namun, tetap ada pelajaran penting
yang mesti diadaptasi Indonesia, bagi perkembangan
kenegaraan di masa mendatang. 

Konflik-konflik yang diakibatkan oleh persoalan
tradisional dan modern, tampaknya masih akan menjadi
pekerjaan rumah bagi Indonesia. Irian Jaya adalah
salah satu contohnya. Masuknya wilayah ini ke dalam
negara kesatuan Indonesia, tidaklah mempunyai sejarah
yang sama dengan wilayah lain di Indonesia. Karena
itu, sampai sekarang selalu dijumpai kelompok-kelompok
yang tidak mengakui kedaulatan Indonesia di Irian
Jaya. Di masa depan, persoalan ini berpotensi besar
melahirkan konflik. Timor Timur telah membuktikan hal
itu sebelumnya. Sementara itu, konflik modern yang
disebabkan atas klaim kekayaan alam, mengancam wilayah
kepulauan Natuna. Kepulauan ini mempunyai potensi
kekayaan alam berupa minyak bumi dan gas alam. 

Beberapa waktu lalu, ada negara luar yang mengklaim
sebagian wilayah Natuna merupakan wilayah mereka. Saat
ini sengketa tersebut masih bisa didiamkan, tetapi
jika kelak eksplorasi itu telah memberikan bukti yang
nyata tentang kekayaan alamnya, bukan tidak mungkin
akan menjadi sengketa baru bagi Indonesia. Dengan
demikian, identifikasi kepemilikan maupun kepastian
perbatasan merupakan pekerjaan penting bagi pemerintah
Indonesia saat ini agar tidak menimbulkan persoalan
lagi di masa mendatang. 

Satu kelemahan dari negara yang memiliki banyak pulau
adalah tentang identifikasi kepemilikan pulau
tersebut, yang berjenis-jenis sampai dengan pulau yang
hanya berupa batu karang. Indonesia memiliki paling
tidak 17 ribu pulau, sebagian di antaranya pulau batu
karang yang berada di perairan laut perbatasan. 

Sisi lain yang juga mesti dilihat dari kasus
Sipadan-Ligitan ini adalah ketegaran Indonesia, usaha
yang telah dilakukan dan keberanian menerima
keputusan. Jika dilihat sejarahnya, sebenarnya
Indonesia tidak memiliki kesalahan apa pun atas kasus
ini karena itu merupakan kasus akibat peninggalan
kolonialisme (Inggris dan Belanda). Negara kita juga
telah melaksanakan kewajibannya atas kemungkinan
wilayah kita, berupa mengajukan berbagai argumentasi
hukum tentang kepemilikan serta bukti-bukti sejarah
yang melibatkan Pulau Sipadan dan Ligitan, seperti
juga yang dilakukan pemerintah Malaysia. Bahwa
kemudian Indonesia bersedia menyerahkan keputusan
kepada Mahkamah Internasional, itu merupakan cara
jentelmen demi menyelesaikan perkara ini secara
tuntas. Lebih kesatria lagi bahwa kemudian Indonesia
menerima hasil keputusan Mahkamah Internasional yang
memenangkan Malaysia. Karena itu, jika keputusan ini
telah final, berarti generasi mendatang tidak akan
dibebani pekerjaan berat lagi mengurusnya. Energi yang
tersedia bisa digunakan untuk memecahkan persoalan
lain, seperti masalah ekonomi misalnya. 

* GPB Suka Arjawa 


=====
Milis bermoderasi, berthema 'mencoba bicara konstruktif soal Indonesia' dapat diikuti di http://www.polarhome.com/pipermail/nusantara/
Tulisan Anda juga ditunggu di http://www.mediakrasi.com (jadilah editor untuk koran online ini)
Juga mampirlah untuk ketawa ala Suroboyoan di
http://matpithi.freewebsitehosting.com

__________________________________________________
Do you Yahoo!?
Yahoo! Mail Plus - Powerful. Affordable. Sign up now.
http://mailplus.yahoo.com