[Nusantara] Perbaikan Ekonomi Belum Memadai

Gigih Nusantara gigihnusantaraid@yahoo.com
Wed Dec 11 06:48:22 2002


Perbaikan Ekonomi Belum Memadai 

Meskipun nilai tukar rupiah dan inflasi stabil, tetapi
pemerintah pimpinan Presiden Megawati Sukarnoputri
dianggap belum mampu memperbaiki ekonomi secara
memadai. 

Secara keseluruhan ekonomi belum membaik yang dilihat
dari pertumbuhan PDB, investasi, kondisi fiskal,
keuangan, dan perbankan. 

Kalau hanya melihat dari nilai tukar dan inflasi cukup
bagus, tetapi sebenarnya jika diamati lebih seksama
terhadap indikator lainnya boleh dibilang gagal,kata
seorang pengamat ekonomi. 

Di tahun kedua pemerintahan Presiden Megawati, belum
juga menunjukkan perbaikan ekonomi, terutama dalam
rangka memperbaiki kesejahteraan masyarakat dan
mempertahankan kesempatan kerja. 

Dalam jangka waktu mendatang masalah pertumbuhan
ekonomi, investasi, dan pengangguran merupakan
gambaran suram yang harus dihadapi Kabinet Gotong
Royong, terutama tim ekonominya. 

Lebih lanjut pengamat ekonomi Didik J. Rachbini
mengatakan, meskipun polisi cukup sukses membongkar
jaringan pelaku bom di Bali, tetapi secara keseluruhan
kondisi keamanan dua tahun terakhir tetap buruk. 

Akibatnya sudah dapat dilihat dari terganggunya proses
pemulihan ekonomi. Persoalannya karena pemerintah
tidak mampu menciptakan kondisi yang saling mendukung
antara faktor ekonomi dan nonekonomi, kata Didik. 

Kondisi investasi di Indonesia benar-benar terpuruk
yang dapat dilihat dari hengkangnya beberapa investor
yang sebelumnya telah merealisasikan proyeknya dalam
waktu yang lama, seperti dialami Sony Corp. Indonesia.


Hal ini dapat terjadi karena pemerintah tidak dapat
mengomunikasikan substansi cetak biru dari kebijakan
dasar yang harus direalisasikan secara konsisten.
Bahkan ada anggapan Kabinet GR tidak bekerja karena
hanya mengikuti kebijakan LoI IMF. 

Prestasi Kabinet GR yang hanya mampu mendongkrak
pertumbuhan ekonomi hanya sebesar 3,1-3,3 persen
dipandang gagal, karena hanya merupakan perpanjangan
tahun 2001 yang juga mengalami pertumbuhan sebesar
itu. 

Padahal dilihat dari potensinya pertumbuhan ekonomi
Indonesia berdasarkan model ekonometrik sebenarnya
mampu mencapai 5,8 persen, itu pun belum
diperhitungkan investasi asing. 

Sedangkan dilihat dari iklim investasi pada semester I
2002 terjadi penurunan tingkat investasi sebesar 38,1
persen yang menunjukkan semakin turunnya tingkat
kepercayaan investor. 

Meskipun BPPN telah melakukan obral aset (fire sale)
tetapi belum mampu mendongkrak arus investasi asing ke
Indonesia. 

Kondisi investasi juga dapat dilihat dari Gross
DomesticInvestment yang tidak beranjak dari posisi
18-19 persen dari PDB, padahal sebelum krisis mampu
mencapai 27-31 persen. 

Sedangkan upaya pemerintah memperbaiki sistem
perbankan yang seharusnya dapat menjadi perangsang
pertumbuhan ekonomi dipandang juga mengalami kegagalan
yang sangat serius. Pengamat perbankan Aviliani bahkan
mengatakan restrukturisasi perbankan yang seharusnya
menjadi tanggungjawab BPPN dinilai gagal total. Selain
kinerja bank yang direkap tidak memuaskan juga kondisi
keuangan dan CAR-nya justru makin memburuk, ujarnya. 

Bahkan rata-rata Bank BUMN dan swasta yang telah
direkap menunjukkan terjadinya kenaikan kredit macet
(non performing loan, NPL), penurunan modal, penurunan
pendapatan (net interest margin, NIM), dan Loan to
Deposist Ratio yang tidak mengalami kenaikan. 


=====
Milis bermoderasi, berthema 'mencoba bicara konstruktif soal Indonesia' dapat diikuti di http://www.polarhome.com/pipermail/nusantara/
Tulisan Anda juga ditunggu di http://www.mediakrasi.com (jadilah editor untuk koran online ini)
Juga mampirlah untuk ketawa ala Suroboyoan di
http://matpithi.freewebsitehosting.com

__________________________________________________
Do you Yahoo!?
Yahoo! Mail Plus - Powerful. Affordable. Sign up now.
http://mailplus.yahoo.com