[Nusantara] Perguruan Tinggi Jangan Berfungsi seperti 'Toko Klontong'

Gigih Nusantara gigihnusantaraid@yahoo.com
Wed Dec 11 06:48:12 2002


Perguruan Tinggi Jangan Berfungsi seperti 'Toko
Klontong' 

BOGOR (Media): Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas)
A Malik Fadjar mengeluarkan kritikan tajam seputar
kinerja pada dunia perguruan tinggi di Tanah Air agar
tidak berlaku ibarat 'toko kelontong', yang menjual
semua produk mereka yang justru jauh dari fondasi
akademik. 

Kritikan Mendiknas itu tidak terlepas dari
praktik-praktik yang dilakukan dunia perguruan tinggi
akhir-akhir ini, yang menjual gelar atau memberikan
kelulusan pada jenjang kesarjanaan dengan mengabaikan
kaidah akademik. 

Menurut Mendiknas, apabila sebuah institusi pendidikan
tinggi ingin menjadi research institute atau research
university maka bangunan akademiknya harus lebih
dominan, bukan kuantitasnya. Pernyataan Malik itu
disampaikan di Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB)
Darmaga, Bogor, bertepatan dengan proses akhir
pemilihan Rektor IPB, kemarin. 

Pernyataan Mendiknas itu juga terkait dengan semakin
maraknya perguruan tinggi, baik institut maupun
universitas, yang membuka program-program diploma,
dengan persyaratan akademik yang semakin lunak.
Apalagi diduga ditemui kecenderungan bahwa program
sejenis itu dikembangkan hanya untuk mencari uang. 

"IPB ini punya nama besar, punya sejarah, apalagi
membawa nama Bogor, jangan tenggelam oleh recehan,"
pinta Mendiknas. Malik Fadjar hadir di IPB dalam
kapasitasnya sebagai Mendiknas maupun anggota Majelis
Wali Amanat (MWA) IPB pada final pemilihan rektor baru
IPB 2002-2007, yang akhirnya dimenangkan Ahman Ansori
Mattjik setelah mengungguli pesaingnya, Eriyatno. 

Menurut dia, bangunan universitas dan institut itu
seharusnya utuh, yang meliputi program strata 1 (S-1),
strata 2 (S-2) program master, dan strata 3 (S-3) atau
program doktoral. Hal itu, lanjutnya, meniscayakan
bangunan akademik yang kuat terlebih sebagai research
institute dan research university tersebut, sehingga
tidak lagi mengejar kuantitas. 

Kendati demikian, juga semakin disadari adanya studi
sebagai tuntutan masyar akat, terutama pada
bidang-bidang studi praktis dengan membangun unit-unit
yang disebut community college, dan perguruan tinggi
sebagai pembinanya. Untuk itu, lanjutnya, keberadaan
perguruan tinggi dituntut untuk lebih cerdas membaca
peluang dan kesempatan itu tanpa mengorbankan kaidah
akademik yang seharusnya dijunjung tinggi. 

"Jadi yang ada bukan menangani, apalagi menjual, nanti
kehilangan keutuhan misi utamanya, hal ini sama baik
bagi universitas maupun institut." Namun,
kecenderungan sekarang sebagian perguruan tinggi lebih
suka 'jual eceran' dengan menawarkan program
bermacam-macam. 

Dengan kondisi seperti itu, kata dia, dunia perguruan
tinggi suatu saat misi utamanya akan terbentur dengan
kejenuhan beban yang tidak pada alur dan misi yang
diembankan. "Itulah yang kemudian saya katakan kayak
'toko kelontong', semua dijual. IPB ya...IPB, yang
punya sejarah besar, apalagi menangani Indonesia pada
bidang pertanian, kehutanan, dan perikanan," katanya. 

Mestinya, lanjut Malik, IPB harus menjadi pembina bagi
fakultas-fakultas pertanian yang ada di beberapa
tempat. "Saya berkunjung ke beberapa daerah seperti
Papua, Ternate, Makassar, dan di sana membutuhkan
pembinaan pertanian. Oleh karena itu, sangat dituntut
potensi dan kemampuan yang dimiliki IPB, baik sejarah
maupun pengalamannya, bahkan kalau mau dikritik kebun
raya (Kebun Raya Bogor) itu 'kan halamannya IPB,"
katanya lugas. 

Ketika ditanya apakah dengan demikian perguruan tinggi
itu mesti tidak membuka program-program diploma.
Secara implinsit dia mencontohkan bahwa dulu
politeknik adalah 'program nunutan' yang kemudian
dilepas oleh induknya (perguruan tinggi). "Perguruan
tinggi harus menangani program-program utama, tetapi
juga harus siap menjadi pembina program-program,
terutama pada aspek akademik dan community
development-nya, IPB ini terkenal dengan itu,"
katanya. 

Sementara itu, Rektor IPB yang baru, Ahmad Ansori
Mattjik mengatakan, untuk menangani soal keberadaan
program diploma, pada 2002/2007 mendatang akan
dibentuk wadah yang akan mengelola program tersebut
sehingga nantinya tidak dicampur dengan fakultas
lainnya. 


=====
Milis bermoderasi, berthema 'mencoba bicara konstruktif soal Indonesia' dapat diikuti di http://www.polarhome.com/pipermail/nusantara/
Tulisan Anda juga ditunggu di http://www.mediakrasi.com (jadilah editor untuk koran online ini)
Juga mampirlah untuk ketawa ala Suroboyoan di
http://matpithi.freewebsitehosting.com

__________________________________________________
Do you Yahoo!?
Yahoo! Mail Plus - Powerful. Affordable. Sign up now.
http://mailplus.yahoo.com