[Nusantara] Mencuri Kejernihan Pasca Tragedi Bom Leg

Gigih Nusantara gigihnusantaraid@yahoo.com
Wed Dec 11 06:48:08 2002


Mencuri Kejernihan Pasca Tragedi Bom Legian 

PERLAHAN namun pasti, demikianlah agaknya kinerja yang
telah ditujukan oleh Tim Investigasi Gabungan yang
menguak kasus peledakan bom di Legian, Bali. 

Dalam waktu yang relatif singkat tim yang di ketuai
oleh Irjen Pol Made Mangku Pastika itu dapat menguak
tabir gelap di seputar pemboman Legian Kuta Bali
dengan membekuk dua tersangka utama yang berkenan
dengan peledakan bom di Legian Bali itu. Pemboman itu
sendiri menelan korban 192 orang tewas, puluhan
luka-luka dan menghancurkan beberapa bangunan dan
belasan kendaraan. Belum lagi menghitung kerugian
investasi dan pariwisata. 

Tertangkapnya Amrozi dan disusul kemudian oleh Imam
Samudra alias Abdul Aziz alias Kudama alis Feri
tanggal 21 Nopember lalu, selain merupakan prestasi
tersendiri bagi Polri, juga menjelaskan kepada publik
bahwa nyatalah telah terdapat sebuah jaringan teroris
di Indonesia. 

Banyak pihak kemudian menyambut baik dan memberikan
apresiasi yang tinggi terhadap hasil kinerja aparat
dalam mengungkap kasus ini. Walaupun masih ada pula
pihak yang menyisakan sedikit rasa skeptis, lantaran
pengungkap pelaku dinilai ekstra cepat dibandingkan
dengan pengungkapan banyak kasus peledakan bom lainnya
sebagaimana pernah terjadi di beberapa wilayah
Indonesia. 

Namun, terlepas dari apresiasi yang tinggi yang
diberikan kepada Polri saat ini, dan juga terlepas
dari hasil akhir cerita bersambung episode tragedi
Bali itu sendiri --dalam arti apakah akan merupakan
hasil rekayasa pihak tertentu tersebut-- terdapat dua
hal yang layak untuk di catat dan digaris bawahi. 

Pertama, dengan tertangkapnya Amrozi dan Imam Samudra
alias Abdul Aziz, Alias Kudama, alias Feri tersebut,
dengan sendirinya telah menggugurkan untuk sementara
teori yang dibangun di dalam masyarakat sebelumnya,
bahwa kasus peledakan bom di Bali pada dasarnya
terjadi atas dasar dan hasil rekayasa pihak intelejen
asing dan skenario besar Amerika Serikat. Seiring
dengan gugurnya teori tersebut dengan sendirinya pula
kebenaran akan keberadaan jaringan teroris di
Indonesia menjadi sangat mungkin. 

Kedua, menjadi persoalan bagaimana kemudian (belajar
dari kasus Bali) komunitas muslim Indonesia dapat
mendudukkan dirinya secara tepat, sehingga kemudian
tidak lagi terjebak dalam sikap reaktif yang
berlebihan, yang pada akhirnya dapat berimplikasi pada
terpojoknya posisi umat sendiri dalam percaturan
politik di semua tingkatan. 

Kedua hal ini menjadi urgen dan relevan serta saling
bertalian untuk di kaji lebih jauh, mengingat pertama,
dengan tertangkapnya Amrozi dan Imam Samudra alias
Abdul Azis, mau tidak mau, suka tidak suka akan
memberikan sedikitnya sentimen negatif terhadap WNI
maupun muslim WNI yang berada di luar negri. Karena
bukan tidak mungkin suatu ketika akan terdapat
“pelebaran” makna kata “jaringan teroris” yang di
lihat dari kaca mata Amerika Karena menurut Chomsky,
ada sebuah kamus yang dikeluarkan oleh penerbit
Adikuasa, dimana dalam kamus itu makna dan pemaknaan
sebuah kata diberikan bebas sekehendak Sang Adikuasa
(Jalal, 1997:34-50). 

Contoh yang paling jelas untuk hal ini adalah
penggerebekan yang semena-mena terhadap muslim WNI di
Australia beberapa waktu yang lalu. Kedua, dengan
melirik, platform yang dipergunakan oleh Amrozi, Imam
Samudra dan jaringannya dalam mengungkapkan
keyakinannya itu, terlepas dari kebenaran penjabaran
argumentasi dari kenyakinan yang meraka anut, apabila
dilihat dari sudut relasi toleransi keberagaman dan
keberagaman di Indonesia, tentu saja “keyakinan” ini
menimbulkan pertanyaan tersendiri, apakah perilaku
yang demikian itu menjadi benar dan halal dalam etika
beragama. Atau dengan kata lain, apakah secara
mayoritas kemunitas muslim Indonesia sendiri dapat
menerima cara yang dipergunakan oleh Amrozi, Imam
Samudera dan jaringannya dalam menentang apa yang
kemudian disebut sebagai kezaliman AS. 

Pertanyaan ini mengemuka karena setelah mengurai imbas
serta luasnya sebaran dampak yang ditimbulkan, baik
secara makro maupun mikro, maka terhadap perbuatan
mereka itu, bangsa ini terutama komunitas Islam harus
pula menanggung renteng akibat dari perbuatan yang
mereka lakukan. Dan tentu saja sikap terhadap
kenyataan ini masih perlu didiskursuskan lebih lanjut.


Mencuri Kejernihan Beranjak dari beberapa keterangan
Kapolri yang kemudian dilansir oleh media massa. Pihak
tersangka dalam hal ini, telah menyatakan
bertanggungjawab atas peledakan yang terjadi di Legian
Bali. Tersangka Amrozi pun kemudian mengungkapkan rasa
penyesalannya, karena ternyata telah salah dalam
meletakkan target. Ia menyesalkan kerena yang korban
yang jatuh ternyata lebih banyak dari warga negara
Australia dan bukan warga AS. Suatu hal yang tidak
diperhitungkan sebelumnya. Sedangkan Imam Samudra
alias Abdul Aziz, menyatakan bahwa pemboman tersebut
merupakan bom bunuh diri yang bernilai syahid. 

Kalau ditarik benang merah, antara “perjuangan”,
Amrozi, Imam Samudra dan jaringannya, dengan
perjuangan yang dilakukan oleh Osama bin Laden dalam
hal ini, maka semua persoalan yang mereka angkat
agaknya bermuara dan berpuncak pada satu titik. Yaitu
tentang AS atau lebih tepat lagi kepada kebijakan luar
negri pemerintahan AS yang seringkali memiliki dua
muka. Benang merah itu menjadi kendala, setelah Osama
bin Laden maupun Amrozi dan Imam Samudra Alias aziz,
yang kemudian menyandang predikat “teroris”
internasional itu, dalam aksinya lebih memilih untuk
melakukan penyerang terhadap kepentingan-kepentingan
AS. Sebagaimana yang menimpa WTC dan apa yang
terdengar dari “penyesalan” Amrozi. Lalu, apa yang
menjadi penting dari kegundahan yang mereka perbuat? 

Dengan melepaskan pemikiran terlebih dahulu dari
orientasi benar atau salah, ada beberapa pertanyaan
yang layak untuk direnungkan bersama. Beberapa
pertanyaan itu adalah, adakah kemungkinan kegiatan
teror ini akan berakhir? Adakah kita jenuh untuk terus
hidup dalam suasana tercekam penuh ancaman? Adakah AS
berpikir bahwa pemberantasan teroris yang digalangnya
akan membuahkan hasil, tanpa perlu melihat atau
meneliti faktor penyebab lahirnya ancaman itu? Adakah
AS berpikir bahwa dengan hanya memberangus jaringan
Al-Qaeda, semua persoalan teroris menjadi selesai dan
tidak akan ada lagi yang lahir setelah itu? 

Pertanyaan-pertanyaan ini sangat relevan mengingat
siapakah yang dapat menjamin bahwa peristiwa memilukan
yang terjadi Legian Bali merupakan puncak dari
kegundahan?. Dan apabila diharuskan untuk memberikan
jawaban yang tepat. Mungkin jawaban yang demikian itu
hanya dapat diperoleh dengan mencuri kejernihan di
tengah kegundahan yang ada. Namun sangat disayangkan,
karena pada satu titik henti, kejernihan itu agaknya
baru akan diperoleh setelah AS dalam hal ini membuang
jauh-jauh politik dua mukanya. Politik dua muka yang
agaknya selalu menjadi faktor picu dalam berkembangnya
“teroris” menurut kacamata adikuasa itu. 

Kemudian kejernihan akan muncul ke permukaan bilamana
negara-negara di dunia utara dan selatan dapat
menciptakan sebuah keseimbangan baru dalam tatanan
kehidupan internasional, yang berkeadilan tanpa
diskriminasi. Dengan catatan keseimbangan baru
tersebut tentu saja bukan merupakan kata-kata yang
lahir dari kamus adikuasa. Titik keseimbangan baru itu
dapat dicapai, apabila kampaye yang dilakukan oleh AS
melalui beberapa tayangan program persaudaraan muslim
Amerika, yang memenuhi media-media elektronik di tanah
air merupakan suatu keinginan yang mendalam dan bukan
sekedar basa-basi. 

Konkritnya, mungkin sudah selayaknya AS merekonstruksi
kembali mengenai eksistensinya terutama dalam konflik
Palestina dan Israel. Atau juga mengkaji kembali
keinginannya untuk melakukan penyerangan terhadap
Irak. Agar kemudian tidak lagi dipandang sebagai
adikuasa yang sok kuasa. 

Pranata Sukma A 
Peminat Masalah Hukum dan Sospol 


=====
Milis bermoderasi, berthema 'mencoba bicara konstruktif soal Indonesia' dapat diikuti di http://www.polarhome.com/pipermail/nusantara/
Tulisan Anda juga ditunggu di http://www.mediakrasi.com (jadilah editor untuk koran online ini)
Juga mampirlah untuk ketawa ala Suroboyoan di
http://matpithi.freewebsitehosting.com