[Nusantara] Samudera akui diajari bom Anshari

Gigih Nusantara gigihnusantaraid@yahoo.com
Tue Dec 10 03:48:13 2002


Samudera akui diajari bom Anshari 

Jakarta, Surya - Abdul Aziz alias Imam Samudera, 32,
tersangka pelaku bom Bali, mengaku ia belajar merakit
bom dari Prof Dr Anshari alias Adam. Pengakuan ini
disampaikan Imam Samudera kepada tim penyidik di Mabes
Polri. "Saya memang sempat melihat nama Dr Anshari
dipertanyakan kepada klien saya. Tapi jawaban Abdul
Azis bukan sebagai donatur tapi sebagai orang yang
melatih Azis dalam merakit bom," ujar Qadhar Faisal
SH, Koordinator Pembela Imam Samudera yang dihubungi
Surya via telepon, Minggu (1/12). 

Qadhar Faisal menambahkan, pengakuan Imam Samudera
tersebut diketahui sebagaimana ia baca dari berkas
Berita Acara Pemeriksaan (BAP) yang Sabtu kemarin
sudah ditandatangani. "Tapi kalau soal dana, klien
saya tetap bersikukuh bahwa dana untuk peledakan bom
Bali diperoleh dari hasil merampok toko emas di
Serang," kata Qadhar. Menurut Qadhar, Dr Anshari
adalah seorang guru besar di bidang kimia, warga
Malaysia, yang turut membantu Imam Samudera meracik
bahan-bahan untuk membuat bom. 

Sejauh ini, Imam Samudera memang diduga bekerja sama
dengan Prof Dr Anshari, dosen pada Institut Teknologi
Malaysia. Kedua tokoh inilah yang dicurigai merakit
bom super dahsyat di Bali. Bahkan, untuk seluruh aksi
teror bom di Indonesia, Imam Samudera, diduga, selalu
bekerja sama dengan guru besar saint and technology
pada Institut Teknologi Malaysia ini. Sementara Amrozi
cuma sebagai pencari bahan-bahan bom, mengantarkannya
dari Surabaya ke Bali, membeli dan membawa mobil
Mitsubishi L-300 ke lokasi ledakan. 

Kepada polisi, Amrozi mengaku bahwa yang merakit bom
adalah "teman-temannya". Secara lebih jelas, Nasrun
Kalianda, salah satu pengacara Imam Samudera
mengungkapkan bahwa Dr Anshari termasuk salah seorang
yang ikut merancang rencana peledakan bom di malam
Natal di Batam, tahun 2000. Kedudukan Anshari dalam
organisasi pengeboman di Batam, sejajar dengan Hambali
dan Imam Samudera. 

"Dari pengakuan klien saya, Abdul Azis selaku
eksekutor sekaligus penggagas. Lalu, Dr Anshari alias
Adam, warga negara Malaysia yang ikut menggagas aksi
pengeboman. Sedangkan Hambali, selain penggagas, dia
juga motivator," ujar Nasrun. 

Tetap di Bali 

Sementara itu, juru bicara Tim Investigasi Kasus Bom
Bali, Brigjen Pol Drs Edward Aritonang, menegaskan
Polri belum memiliki rencana menyidangkan para
tersangka bom Bali di luar tempat kejadian perkara
(TKP). "Belum ada rencana Polri untuk menyidangkan
para tersangka di luar Bali," katanya, Minggu (1/12).

Wakadivhumas Polri ini mengatakan hal tersebut
menanggapi kekhawatiran sejumlah kalangan tentang
kemungkinan Polri memilih tempat lain di luar Bali
untuk menyidangkan para tersangka. Sebelumnya, sekitar
75 anggota Dewan Perwakilan Massa (DPM) se Pulau
Dewata, 'menyerbu' Mapolda Bali untuk menyatakan
kekhawatiran itu. 

Di hadapan Kapolda Bali Irjen Pol Budi Setyawan MSc,
Sekretaris DPM Bali I Nyoman Sudana membacakan enam
butir pernyataan. Poin terpenting, meminta aparat
penegak hukum agar pelaku pengeboman diadili di
Denpasar, tidak di tempat lain. Ketua DPM Bali Sobali
menambahkan, permintaan itu dilakukan sehubungan
adanya permintaan dari tim pengacara Amrozi yang
menginginkan kliennya diadili di Surabaya. 

Menanggapi itu, Kapolda berjanji akan menyampaikan ke
Kapolri. "Memang ada ketentaun, peradilan dapat
dilakukan di tempat lain, bila di wilayah yang
seharusnya sidang digelar, dalam keadaan tidak aman,"
kata Budi. Tetapi, lanjut dia, Bali kini sudah cukup
aman, sehingga kemungkinan besar Kapolri akan
menyetujui usulan tersebut. Edward Aritonang
mengatakan, sejak tertangkapnya Amrozi dan menyusul
Imam Samudra serta beberapa kawannya yang lain, Polri
tak pernah berpikir menyidangkan mereka di luar TKP.
"Wong locus delicty-nya di Bali, ya tentu kasusnya
akan disidangkan di Bali, kecuali untuk itu tidak
dimungkinkan dapat digelar di Bali," ucapnya. 

Bercermin pada kondisi kamtibmas yang kian membaik di
Bali, kecil kemungkinan sidang bom Bali akan digelar
di daerah lain di luar TKP, ujarnya. Biaya sendiri
Seorang penyidik di Mabes Polri menyebutkan, sampai
saat ini belum diketahui pasti berapa banyaknya warga
Indonesia yang pernah belajar militer di Afghanistan
dan Filipina Selatan. Disebutkan, sulit untuk bisa
mengetahui berapa banyak warga Indonesia masuk
Afghanistan untuk belajar militer karena mereka datang
bukan langsung lewat Indonesia. Mereka menggunakan
negara ketiga atau masuk secara gelap ke negara itu. 

Faiz bin Abu Bakar Bafama, 40, salah seorang warga
Malaysia yang kini ditahan di Singapura karena dituduh
sebagai anggota jaringan teroris internasional dan
anggota Jemaah Islamiyah (JI), dalam suatu
kesaksiannya mengatakan, cukup banyak warga Indonesia
yang dikenalnya pernah belajar bersama-sama di
Jalalabad. Di antara kawannya sesama anggota JI yang
selama satu bulan lebih belajar militer di Afghanistan
adalah Imam Samudera, Hambali dan Amrozi. 

Menurut Faiz yang sebelumnya adalah kontraktor
bangunan di Malaysia, dirinya belajar militer di
Afghanistan sesuai dengan pesan ketua JI yang waktu
itu masih dijabat oleh almarhum Abdul Sungkar dan Abu
Bakar Ba'asyir awal Agustus 1991. Dia diminta untuk
berangkat ke Afghanistan belajar militer dalam rangka
progam "Idac'' yang maknanya persiapan diri untuk
jihad. Lamanya belajar militer di negara ini
ditetapkan paling cepat satu bulan dan paling lama
satu tahun. Biaya berangkat ke dan pulang dari
Afghanistan ditanggung oleh anggota JI masing-masing. 

Mereka, menurut Faiz, menggunakan pesawat udara. Pihak
JI hanya menyediakan sarana pemondokan dan makan
selama berada di Afghanistan. Yang menanggung biaya
pemondokan dan makan adalah seorang pria warga
Indonesia bernama Zulkarnain. Faiz pada waktu itu
berangkat ke Afghanistan bersama tiga orang rekannya
yang kesemuanya warga Malaysia. Di Jalalabad, ia
diajar masalah militer oleh tiga warga Indonesia
masing-masing bernama Syawal, Ali, dan Arkam. 

Pelajaran yang didapat di negeri ini membuat dirinya
bisa merakit dan meledakkan bom seperti yang dilakukan
ketika ia bersama Imam Samudera meledakkan beberapa
gereja di Batam pada malam Natal tahun 2000.
Pengiriman anggota JI ke Afghanistan, menurut Faiz,
hanya berlangsung sampai tahun 1997. Tahun 1998,
pengirim tenaga JI untuk belajar militer dialihkan ke
Mindanao, Filipina. Nama tempatnya Kam Abu Bakar.
(ton/bec/ant/sp) 


=====
Milis bermoderasi, berthema 'mencoba bicara konstruktif soal Indonesia' dapat diikuti di http://www.polarhome.com/pipermail/nusantara/
Tulisan Anda juga ditunggu di http://www.mediakrasi.com (jadilah editor untuk koran online ini)
Juga mampirlah untuk ketawa ala Suroboyoan di
http://matpithi.freewebsitehosting.com

__________________________________________________
Do you Yahoo!?
Yahoo! Mail Plus - Powerful. Affordable. Sign up now.
http://mailplus.yahoo.com