[Karawang] [Nasional] Yang ''Nyeleneh'' Itu Terbukti

karawang@polarhome.com karawang@polarhome.com
Mon Oct 14 02:48:32 2002


-----------------------------------------------------------------------
Mailing List "NASIONAL"
Diskusi bebas untuk semua orang yang mempunyai perhatian terhadap
eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
-----------------------------------------------------------------------
BERSATU KITA TEGUH, BERCERAI KITA RUNTUH
-----------------------------------------------------------------------
Analisis Berita

Yang ''Nyeleneh'' Itu Terbukti

MASIH terngiang jelas di telinga, ketika mantan presiden Abdurrahman Wahid
(Gus Dur) membuat pernyataan kontroversial. Di tengah maraknya bantahan atas
munculnya dokumen CIA sebagaimana dilansir majalah Time yang menyebut
jaringan terorisme di Indonesia, tiba-tiba mantan Ketua Umum PBNU itu
membuat pernyataan nyeleneh dan melawan arus.
Gus Dur secara terang-terangan menyatakan terorisme di Indonesia itu ada.
Setidak-tidaknya terorisme lokal. Seperti gerakan dengan senjata dan main
rusak secara terang-terangan, apakah itu tidak termasuk terorisme. Meski
lingkupnya sempit, bisa saja gerakan itu dimanfaatkan oleh jaringan
terorisme internasional.
Pernyataan Gus Dur diterima berbagai pihak secara sinis. Bahkan, Pimpinan
Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) Abu Bakar Ba'asyir dan Ketua Umum Front
Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq, tak mau menanggapi pernyataan mantan
presiden tersebut yang dinilai suka aneh-aneh itu. Kalangan ulama NU percaya
yang aneh-aneh itu sebagai hal khawarikul adat. Itulah Gus Dur.
Sikap pemerintah pun melalui Wapres Hamzah Haz mengaku tidak tahu-menahu
sejauh mana keterkaitan Pemimpin Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki,
Kecamatan Grogol, Sukoharjo, Abu Bakar Ba'asyir, dengan jaringan Al Qaedah.
Yang yakin mengetahui terlibat atau tidak itu Polri.
Dari pihak pemerintah menegaskan, jika ada permasalahan kembalikan saja pada
hukum. Karena itu, jika kedapatan ada masalah kriminal serahkan pada Polri
dan kita tuntut melalui hukum.
Pada prinsipnya semua rakyat Indonesia akan diayomi sepanjang tidak terlibat
tindak kriminal. Sebaliknya, jika terlibat serahkan kepada hukum. Karena
itu, kalau ditanya apakah Ba'asyir terlibat, ''Saya jawab serahkan saja
kepada Polri. Yang yakin mengetahui terlibat atau tidak kan polisi,''
katanya.
Amerika Serikat juga diminta bersikap terbuka dan tidak sembarang memberikan
informasi yang bisa menyesatkan. Kalau memang punya data, silakan diberikan
untuk ditindak-lanjuti.
Presiden Megawati pun langsung memanggil para pembantunya dan mengadakan
rapat di kediaman Jl Teuku Umar, Jakarta. Rapat yang antara lain dihadiri
antara lain Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono dan Kepala Badan Intelijen
Negara (BIN) Hendropriyono itu memutuskan pemerintah akan tetap melaksanakan
proses hukum berkaitan dengan masalah terorisme. Selain itu, akan melakukan
rekonfirmasi terhadap kelompok masyarakat, khususnya ulama.
Pemerintah justru menyinyalir keluar-masuknya orang asing ke Indonesia
mendatangkan implikasi tidak menguntungkan sehingga perlu melakukan
pengaturan.
Padahal, pihak Amerika Serikat (AS) sudah keder menanggapi reaksi yang
dilontarkan menanggapi dokumen CIA itu, khususnya upaya mendiskreditkan
dunia Islam. Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia Ralph L Boyce
mengatakan, pihaknya dan Pemerintah AS tidak menilai kelompok/organisasi
Islam, seperti Front Pembela Islam, Laskar Jihad, dan Majelis Mujahidin
Indonesia terlibat dalam jaringan teroris internasional.
Tidak ada penilaian kelompok-kelompok Islam di Indonesia termasuk dalam
jaringan teroris internasional. Ralph juga menyatakan, Pemerintah AS percaya
Islam di Indonesia adalah moderat, toleran, demokratis, dan bukan teroris.
Tapi pihak AS tetap yakin mengenai adanya kegiatan Al Qaedah di Indonesia
yang dinilai tidak hanya dapat mengancam keamanan Indonesia, tapi juga
negara-negara Asia seperti Filipina, Singapura, dan Malaysia.
Peringatan selanjutnya sekitar mewaspadai orang-orang asing yang datang ke
sini sebagai turis, tapi tidak jelas kegiatannya. Sebab, orang asing yang
tidak datang dengan tujuan baik, pasti melakukan aktivitas intelijen. Yakni,
melakukan penyelidikan, penggalangan, bahkan pemecahbelahan bangsa yang
berbahaya.
Dalam kaitan ini, Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia (Menkeh dan HAM)
Yusril Ihza Mahendra menengarai ada upaya sistematis untuk memojokkan
berkaitan dengan tudingan beroperasinya jaringan terorisme internasional di
Indonesia. Karena itu, setiap pemberitaan atau isu mengenai persoalan ini
harus kita sikapi dengan kritis.
Wapres mengatakan, Islam bukan ancaman bagi agama lain, melainkan mampu
memberikan perlindungan kepada semua makhluk. ''Amerika Serikat sekarang
sudah mengubah pandangannya, tidak lagi menyebut Islam sebagai teroris atau
yang disebut Al Qaedah. Yang diperangi bukan Islam lagi, melainkan Al
Qaedah. Saya tidak tahu, apakah di sini (Indonesia-Red) ada. Kalau ada lebih
baik ditunjukkan. Kalau tidak ada jangan ngarang dan mengadu domba.
Tanda-tanda
Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta pernah mengeluarkan pernyataan
yang bisa memicu kemarahan. Isinya, Kedubes mengkhawatirkan warga AS dan
orang-orang Barat di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi sasaran
kekerasan dalam waktu dekat ini.
Karena itu, Kedubes menyerukan semua warga AS dan orang-orang Barat lain
untuk waspada. Tentu tidak hanya waspada, tetapi juga melakukan tindakan
pencegahan yang tepat sebagaimana mestinya.
Salah satu tindakan pencegahan yang paling gampang, melarang warga AS datang
ke Yogyakarta. Bahkan, bukan mustahil, melarangnya total ke Indonesia.
Akibatnya, sudah mulai kelihatan. Delegasi AS yang semula menghadiri
Konferensi Malaria di Yogyakarta membatalkan kedatangan mereka.
Padahal, apa yang terjadi di Yogyakarta? Dunia berjalan seperti sebelumnya.
Tempat-tempat wisata di Yogyakarta seperti keraton, pasar burung, dan
Tamansari, tetap dikunjungi banyak wisatawan asing. Para turis dari Barat
juga tetap bersilewaran di Jalan Malioboro dengan rasa aman. Itulah
sebabnya, kekhawatiran Kedubes AS itu dibantah Gubernur DIY Sultan Hamengku
Buwono X.
Tuduhan pun kembali ditujukan kepada AS. Negara sedang membuat propaganda
berbahaya bagi Indonesia. Inilah propaganda dengan mengatakan Indonesia
merupakan salah satu sarang terorisme internasional. Sekarang propaganda itu
menyerukan jangan datang ke Yogyakarta. Sebab, kota pendidikan dan pusat
kebudayaan Jawa itu, menurut Kedubes AS, menjadi sasaran kekerasan dalam
waktu dekat ini.
Setelah mengatakan jangan datang ke Yogyakarta, tinggal soal waktu saja
pihak Kedubes AS akan melarang warganya datang ke Indonesia. Bahkan, seruan
itu tidak semata ditujukan kepada warga AS, tetapi juga warga Barat umumnya.
Maka, bisa dibayangkan dampaknya untuk negeri ini. Jumlah kedatangan turis
akan anjlok dan menyebabkan industri pariwisata, seperti hotel dan biro
perjalanan wisata babak-belur. Akibat lebih luas, yaitu meningkatnya risk
country Indonesia, sehingga makin mendorong hengkangnya investor asing.
Dari perspektif itulah, banyak pihak ingin melihat pendapat Ketua Umum PBNU
KH Hasyim Muzadi. Menurut Hasyim, jika Indonesia terus direcoki, nanti ada
perlawanan terhadap AS. Bahkan, bisa jadi mereka yang selama ini bersikap
moderat pun akan melawan.
Sikap AS terhadap Indonesia terus diulang-ulang tidak hanya zaman Bung Karno
saja. Skenario itu bukan untuk kali pertama di Indonesia. Ketika zaman
Soeharto juga diarahkan menjalankan agenda AS untuk memerangi komunisme.
Megawati diarahkan untuk memusuhi jaringan-jaringan seperti Al Qaedah yang
belum tentu benar.
Lemah
Terlepas munculnya berbagai spekulasi yang ada, insiden peledakan bom di
Bali, Sabtu malam lalu, merupakan wujud ketidakberdayaan intelijen Indonesia
dalam soal pengawasan. Setidak-tidaknya intelijen Indonesia seharusnya dapat
mencium gelagat itu dan cepat tanggap dalam setiap mengolah informasi yang
ada.
Informasi yang dilontarkan Amerika Serikat (AS) tentang adanya rencana
pembunuhan terhadap Presiden RI Megawati merupakan bentuk peringatan
pengamanan. Setiap informasi mengenai ancaman terhadap keamanan Tanah Air
harus ditanggapi melalui proses pengkajian dan pengolahan yang baik dan
matang.
Bila upaya itu telah dilakukan, setidak-tidaknya insiden tersebut tidak akan
terjadi. Selain itu, sistem pengamanan di beberapa daerah di Tanah Air harus
dilakukan dengan proses bertahap dan berjenjang. Jangan hanya
memprioritaskan pada satu daerah saja, tapi harus merata khususnya di daerah
rawan.
Pengamanan selama ini hanya tertuju pada Pusat Ibu Kota Jakarta saja tanpa
memperhatikan situasi keamanan di Bali. Ini berarti pihak keamanan Indonesia
telah kecolongan, padahal Bali merupakan kawasan internasional.
Agar situasi serupa tidak terulang kembali, intelijen Indonesia harus
mengevaluasi sistem pengamanan selama ini guna menangkal gangguan keamanan,
baik dari dalam maupun luar negeri.
Baru sekarang sadar pernyataan terorisme itu benar ada. Terlepas siapa yang
mendalangi atau itu bagian dari agenda Amerika, atau pihak teroris yang
menjadi lawan AS, maupun teroris lokal, yang pasti jaringan dan kinerja
pengamanan sangat lemah dan terfokus hanya di Jakarta. Bali yang selama ini
dikenal aman dan tenang tak terjangkau oleh aparat intelijen. (A Adib-64t)

-------------------------------------------------------------
Info & Arsip Milis Nasional: http://www.munindo.brd.de/milis/
Nasional Subscribers: http://mail2.factsoft.de/mailman/roster/national
Netetiket: http://www.munindo.brd.de/milis/netetiket.html
Nasional-m: http://www.polarhome.com/pipermail/nasional-m/
Nasional-a:  http://www.polarhome.com/pipermail/nasional-a/
Nasional-e:  http://www.polarhome.com/pipermail/nasional-e/
------------------Mailing List Nasional------------------