[Nusantara] Korelasi Linguistik dan Kemiskinan

Gigih Nusantara gigihnusantaraid@yahoo.com
Sun Dec 1 10:24:05 2002


Korelasi Linguistik dan Kemiskinan 
Dr R Kunjana Rahardi, 
Pengamat bahasa Indonesia 

MENJAWAB pertanyaan lanjutan dari penanya di Jakarta
Timur yang berpesan tidak disebutkan namanya, tentang
hubungan antara bahasa dan kemiskinan serta
kesenjangan sosial-ekonomi masyarakat, pengasuh
menyampaikan uraian seperti berikut ini. 

Bahasa merupakan fenomena natural sekaligus fakta
universal. Seperti halnya air, tanah, udara, sosok
bahasa hampir ditemukan di mana saja. Begitu manusia
dilahirkan, sosok bahasa ditemukan. Karena itulah
manusia disebut homo grammaticus, artinya makhluk
berbahasa sekaligus insan bertata bahasa. Kendatipun
hal tersebut sering diperdebatkan para pakar,
setidaknya sejumlah tokoh aliran mentalis-rasionalis
dalam linguistik mengimani dan mempostulasikan bahasa
sebagai refleksi pikiran manusia. 

Mereka sepenuhnya meyakini bahwa pemahaman dan
penguasaan bahasa serta hakikat bahasa yang
sungguh-sungguh tepat dan benar, akan menajamkan
pemahaman tentang hakikat manusia sebagai pemilik,
pelestari, sekaligus perusak kebudayaan. Dalam praksis
pendidikan, bahasa diakui sebagai instrumen penyampai
substansi materi pendidikan itu sendiri. 

Sebagaimana lazimnya sebuah alat, sebagai seperangkat
instrumen, bahasa menjadi tajam tepercaya dan mampu
menjadi penentu tercapainya tujuan hidup, hanya
apabila bahasa tersebut sungguh dikembangkan dan
diaplikasikan secara tepat proporsional. Demi
ketajaman dan ketepatan aplikasi, bahasa harus
dirawat, dipelihara, dibina, dan dikembangkan secara
benar-benar optimal. Maka pendidikan, pembinaan, dan
pengembangan bahasa harus ditujukan agar menjadikan
masyarakat sadar tentang arti penting bahasa, mampu
menopang ketidakbutahurufan, dan mendukung
kemelekbudayaan. 

Dalam pemahaman yang demikian ini, kemahiran berbahasa
serta pengembangan ilmu bahasa mendesak sekaligus
mutlak untuk segera dilakukan. Kendala besar yang
dihadapi dalam rangka ini adalah bahwa ilmu bahasa
masih sering dipandang sebagai ilmu yang kering
kerontang. Adalah sangat tidak mudah sosok linguistik
diberdayakan agar dapat mendatangkan nafkah kehidupan.
Banyak orang beranggapan, dengan memiliki pemahaman
dan kemampuan linguistik saja, orang tidak akan
mendapatkan kehidupan yang layak apalagi melimpah
untuk memenuhi kebutuhan keseharian. Pemikiran,
anggapan, dan mentalitas itulah yang harus diluruskan
agar tidak hanya menjadi sebuah fakta ketelanjuran.
Terlebih-lebih di era global-mondial seperti sekarang
ini, dengan ciri-ciri keuniversalan yang tidak lagi
tersangkalkan, gerbang menjangkau dunia yang luas dan
global justru harus berawal dari sosok bahasa ini.
Tanpa penguasaan bahasa dan kemahiran yang sungguh
sesuai dengan parameter kemampuan yang dituntut pasar
global, mustahil orang dapat mengatasi kemiskinan dan
kesenjangan sosial, serta bebas berkiprah dengan
sesama warga masyarakat global. 

Tetapi sayang, di negeri ini masih sangat jarang orang
memberikan perhatian yang cukup dan benar-benar
berniat untuk mengadakan penelitian yang
mengorelasikan bahasa dengan kemiskinan dan
kesenjangan sosial. Titik senjang penelitian inilah
yang sesungguhnya hendak disasar, sehingga urgensi
penelitian linguistik yang dikorelasikan dengan
kemiskinan ditanggapi secara proporsional. 

Dalam kerangka pemikiran yang demikian, fokus
perhatian pada keterpurukan sosial-ekonomi sedikit
dicerahkan dengan cercah-cercah kegenahan solusi
penelitian yang dikaitkan dengan kemiskinan tersebut.
Setidaknya terdapat dua macam hipotesis yang bisa
disampaikan di sini untuk selanjutnya dijawab dan
diverifikasikan sehingga tersembul urgensi penelitian
linguistik dalam kaitan dengan kemiskinan dan
kesenjangan. 

Hipotesis linguistik pertama bersangkutan dengan
hubungan antara heterogenitas linguistik dengan
kesenjangan sosial-ekonomi masyarakat penuturnya.
Dipostulasikan di dalam hipotesis pertama ini bahwa
masyarakat dengan penguasaan bahasa homogen, akan
relatif semakin kecil kesenjangan sosial yang terjadi
di dalamnya. 

Semakin heterogen variasi lingual masyarakat
penuturnya, akan semakin rendahlah keadaan dan
kemampuan sosial-ekonomi masyarakat tersebut. Dalam
skala yang ringkas, lihatlah bahasa-bahasa Nusantara
di wilayah Indonesia bagian timur. Tingkat
heterogenitas linguistik masyarakat wilayah itu sangat
tinggi, bahkan terdapat bahasa tertentu yang hanya
berjumlah penutur rendah sekali. 

Kemiskinan dan kekuatan sosial-ekonomi rata-rata
masyarakat wilayah Indonesia bagian timur tercatat
juga relatif lebih rendah dibandingkan dengan
masyarakat wilayah Indonesia bagian barat. Hipotesis
linguistik kedua bersangkutan erat sekali dengan
masalah kemiskinan penguasaan bahasa (linguistic
deficit hypothesis) yang mempostulasikan masyarakat
yang rendah kemampuan sosial-ekonominya cenderung
lebih rendah penguasaan bahasanya. 

Ambillah contoh para petani buruh di desa-desa, para
buruh kasar di pabrik-pabrik, masyarakat yang tinggal
di daerah terpencil yang tidak begitu mudah menjangkau
media massa. Mereka yang sebagian hidup di bawah garis
kemiskinan itu ternyata memiliki ciri-ciri pemakaian
kode-kode bahasa tidak lengkap (restricted linguistic
codes), bukan kode-kode lengkap (elaborated linguistic
codes). 

Kode bahasa tidak lengkap tersebut diwarnai dengan
pemenggalan-pemenggalan pemakaian unsur kebahasaan.
Kalimat dan ungkapan yang digunakan cenderung pendek
terpenggal-penggal, bentuknya terpotong-potong, dan
jumlah variasi kosakatanya relatif rendah.
Kekuranglengkapan itulah yang menyulitkan dan
mengendalai mereka untuk berekspresi dan mengambil
peran vital di depan publik. Maka dapat dikatakan,
penguasaan bahasa bagi kelompok masyarakat tersebut
rendah. 

Demikian pun kemampuan sosial-ekonomi mereka juga
biasanya cenderung memprihatinkan. Kemiskinan dan
kesenjangan sosial yang demikian ini akan memaksa
menempatkan mereka selalu jatuh dalam posisi
terkalahkan dan dinomorbelakangkan dalam
negosiasi-negosiasi sosial. Dalam kerangka demikian
itu, penelitian linguistik dalam kaitan dengan
kemiskinan perlu secepatnya dilakukan, sehingga kedua
hipotesis linguistik yang disampaikan dapat
diverifikasi sekaligus dijustifikasikan.

*** 


=====
Milis bermoderasi, berthema 'mencoba bicara konstruktif soal Indonesia' dapat diikuti di http://www.polarhome.com/pipermail/nusantara/
Tulisan Anda juga ditunggu di http://www.mediakrasi.com (jadilah editor untuk koran online ini)
Juga mampirlah untuk ketawa ala Suroboyoan di
http://matpithi.freewebsitehosting.com

__________________________________________________
Do you Yahoo!?
Yahoo! Mail Plus - Powerful. Affordable. Sign up now.
http://mailplus.yahoo.com