[Nasional-f] Ancaman akan terjadinya pergolakan anti-Cina baru, konsekuensinya bagi Indonesia
shkval shkval
nasional-f@polarhome.com
Sun Sep 15 21:12:02 2002
Seandainya ada sekelompok oknum beragama Islam yg melakukan tindak pidana
katakan saja terorisme bukan berarti seseorang boleh langsung memvonis bahwa
agama Islam menghalalkan cara sepertinya. Para pelaku aksi teroris di
Indonesia bukan hanya mengatasnamakan Islam tetapi ada juga yg dari umat
Kristiani, padahal semua agama mengajarkan kebajikan jangan lagi budi
pekerti luhur yg sulit dicapai kecuali bagi segeritil manusia utama saja.
Nah semoga saja kita berkesimpulan sama bahwa konspirasi untuk mengobok-obok
serta membuat citra Islam turun pamor itu pasti terkait dengan kepentingan
pihak luar (baca AS/Barat) untuk mencari dalih baru untuk melakukan
intervensi di Indonesia.
Suatu skenario cukup menakutkan yg diperkirakan bisa terjadi sekitar tahun
depan adalah keadaan dimana etnis Tionghoa hancur-hancuran lagi seperti pada
peristiwa Mei'98, kejatuhan Gus Dur dari pangkuan RI-1 justru berperan pesat
dalam pengukuhan kembal pemulihan hubungan kerja antara TNI dan Angkatan
Bersenjata AS. Dengan terjadinya pergerakan anti-Cina baru yg bernuansa
Kristen versus Islam, ujung-ujungnya tertuduh siapa lagi kalau bukan Jaffar
Umar Thalib gembong Laskar Jihad yg gencar bergumul melawan hegemoni
AS/Barat di Asia Tenggara.
Demikian Administrasi Bush akan mencanangkan dukungan milier lebih lanjut
bagi TNI-Polri yg telah merekayasa kerusuhan/serangan buas lainnya terhadap
golongan etnis tersebut, dengan alasan bahwa terorisme kaum Islam radikal
harus ditanggulangi sesegera mungkin jika Indonesia tidak ingin
disebut-sebut lahan subur bagi berkembangnya gerakan teroris yg diduga kuat
bekerjasama dengan kelompok al-Qaeda.
Syahdan, peran etnis Tionghoa, terutama dari kelas menengah kebawah kembali
menjadi ping pong sejumlah politisi, pejabat, pengusaha, petinggi militer
meliputi semua golongan etnis/umat beragama. Penyikpan pemerintah sipil RRC
dibawah pimpinan Presiden Jiang Zemin yg diharapkan akan letak jabatan pada
Kongres Partai Nopember mendatang namun tetap berkuasa dari pintu belakang
tidak memperbaiki nasih para Huaqiao yg tidak menentu. Kecuali Zhu Rongji,
kelompok teknokrat sipil yg berasal dari raksasa metropolitan Shanghai di
pesisir Timur Daya Tiongkok, memang terkenal pasifis (sikap wen).
Lain halnya dengan kelompok militer garis keras yg didominasi perwira tinggi
TKR yg kebanyakan berasal dari daerah barat laut yg terkenal sebagai daerah
orang Islam, kelompok Jiang ini cenderung manut kepada Amerika apalagi
setelah biang kerok fasis AS baru George W. Bush Jr. menduduki tampuk
pimpinan. Mereka berbuat sebisa mungkin untuk menyenangkan klik Bush
terutama karena posisi mereka sebagai pemimpin sipil RRT justru terancam
tanpa dukungan kuat dari perusahaan-perusahaan MNC/TNC Barat yg mengambil
keuntungan besar-besaran dari tenaga kerja "budak" yg biayanya amat sangat
terlalu rendah. Revolusi yg hampir terjadi di Tiananmen pada tahun 1989
sama-sekali tidak mendapat dukungan dari taipan-taipan dan
pemerintah-pemerintah Barat ini.
Nah apabila konflik kekuasaan yg sedang berlangsung antara kelompok milier
dan sipil dibawah Jiang cs berakibat pada kemenangan yg pertama maka
diperkirakan RRT baru akan kembali mengambil sikap lebih tegas dalam
menangani masalah yg sering timbul dengan AS/Barat, termauk konflik selat
Taiwan, persengketaan kepulauan Spratleys, Afghanistan, Pakistan, Irak dan
juga Indonesia utamanya dalam kaitan dengan perlakuan pemerintah dan rakyat
Indonesia terhadap etnis Tionghoa yg menurut UUD RRT wajib dilindungi
berdasarkan azas keturunan sebangsa setanah air.
Jika sampai terjadi pergerakan anti-Cina yg mencoba memperlagakan etnis
Tionghoa dan umat Islam saat kelompok Jiang cs digantikan dengan Hu Jintao,
politisi sipil karier yg dijagokan oleh kelompok militer selaku perdana
menteri baru. Kaum rasis di Indonesia dan juga para majikan bule mereka mau
tidak mau harus berpikir seribu kali sebelum merekayasa genosida baru
terhadap etnis tersebut. Hu Jintao terkenal anti-AS/Barat, kegegeran yg
terjadi di Beijing pasca pemboman Kedubes RRT oleh Nato di Belgrade pada
tahun 1999 tidak mungkin terjadi tanpa tangan tidak terlihat Hu yg
mendalangi gerakan mahasiswa/buruh/anggota masyarakat (termasuk ormas Islam
setempat) lainnya yg hampir membumihanguskan Kedubes AS di Beijing.
Kelompok militer TKR Tiongkok yg sekarang uring-uringan dengan kelompok
sipil Jiang untuk beradu kuasa juga diketahui secara diam-diam memberi
bantuan militer serta mengerahkan tentara untuk membantu Taliban dan
al-Qaeda di Pegunungan Pamir di bagian Afganistan yg berbatasan dengan
Tiongkok. Jiang dkk cenderung menutup-nutupi dan mengingkari kejadian serupa
dalam hubungan dengan keterlibtan TKR di perang Afganistan tapi untuk info
lebih lanjut dan handal situs jaringan ini bisa anda akses: www.debka.com
(bagian berjudul China)
Kekuatan militer RRT sekarang sudah lebih dari berlipatkali ganda, Amerika
pun sudah segan menghadapi sang Naga yg telah bangkit dari tidur selama
ratusan tahun. Armada Tionghoa yg dulu dikomandoi perwira muslim Tionghoa
seperti Laksamana Zheng He, Muhammad Ma Huan dan Wang Jinghong akan bergema
lagi sampai Samudra Hindia dan seluruh Pasifik, menjadikan Tiongkok negeri
jiran Australia terdekat yang paling baru!
Apakah kaum rasis Indonesia masih rela memenuhi kehendak sang majikan bule
demi sekocek uang beberapa ratus juta dan demikian mengorbankan rakyat
sendiri, belum lagi melawan sesama muslim dari TKR Tiongkok kalau sampai
terjadi intervensi Tiongkok di Indonesia untuk menangkal dan/atau menangkal
penindasan sistematis terhadap etnis Tionghoia yg diperkirakan bisa terjadi
sekitar tahun depan. Jangan lagi orang Tionghoa dari Indonesia yg beragama
Islam jumlahnya juga cukup besar (1 juta menurut cacah jiwa terakhir), tentu
mereka bahu-membahu dengan sesama muslim melayu yg hati nuraninya masih
tulus dan murni untuk memperjuangkan kebenaran.
Skenario perang menakjubkan yg mana Tiongkok, gerakan politik etnis
Tionghoa, GAM, OPM, suku-suku Dayak, Betawi, sebagian masyarakat Jawa
Barat/Tengah/Timur di satu sisi, dan Amerika Serikat, Australia, Inggris,
Singapura, Malaysia, TNI-Polri, Taiwan, Korsel, Jepang di satu sisi. Apakah
kepicikan dan kecupetan para pejabat dan pengusaha/pelaku ekonomi di negeri
berantah ini tidak berkeberatan melihat sakaratu imaut sepertiny terjadi di
kampung halaman sendiri semata-mata karena kepentingan pribadi yg diwarnai
sentimen/kedok SARA. Mungkinkah para penggede itu belum mengambil hikmah
dari pahit getir sejarah dimana hampir selalu ada pihak ke-tiga yg
mempercundang kekisruhan di negeri elok nan permai ini.
Essalam
Justiceita asli, Tionghoa muslim ksatria berbintang Zuhara dari Orde Putri
Yicheng
_________________________________________________________________
MSN Photos is the easiest way to share and print your photos:
http://photos.msn.com/support/worldwide.aspx