[Karawang] [Nasional] Kolom IBRAHIM ISA -- OLEH SIAPAPUN, DIMANAPUN, APAPAUN
TUJUANNYA , -- TERORISME ADALAH PELANGGARAN TERHADAP H.A.M.
karawang@polarhome.com
karawang@polarhome.com
Tue Oct 15 01:24:29 2002
-----------------------------------------------------------------------
Mailing List "NASIONAL"
Diskusi bebas untuk semua orang yang mempunyai perhatian terhadap
eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
-----------------------------------------------------------------------
BERSATU KITA TEGUH, BERCERAI KITA RUNTUH
-----------------------------------------------------------------------
Kolom IBRAHIM ISA
14 Oktober 2002.
-----------------
OLEH SIAPAPUN, DIMANAPUN, APAPUN TUJUANNYA - - -
- - TERORISME ADALAH PELANGGARAN terhadap H.A.M. - -
Sampai saat tulisan ini dibuat, korban yang jatuh akibat serangan bom di
Jalan Legian, Kuta, Bali dan Manado, masih belum final. Masih bertambah
terus. Di Bali, sebegitu jauh, paling tidak, telah tercatat 187 orang tewas
dan 390 luka-luka. Serangan bom atas Bali dan Manado, adalah bencana
nasional yang menimbulkan kesedihan, membangkitkan kemarahan dan memicu
kutukan terhadap para pelakunya.
Reaksi ini bukan saja di Indonesia, tetapi juga di dunia internasional.
Selain PM Mahathir dari Malaysia, PM Taskin dari Muangthai, Presiden India,
dll yang memberikan reaksi yang mengecam tindakan teror tsb, Sekjen PBB
Kofi Anan, antara lain menyatakan bahwa serangan bom di Bali itu sebagai
“brutal and inhuman”. Pernyataan Presiden Megawati Sukarnoptri, yang cepat
dan juga dengan tegas mengutuk perbuatan teror tsb pantas disambut dan
didukung. Juga seyogianya patut disambut sikap kepala Kapolda Bali, yang
menyatakan bahwa ia akan berhenti sebagai Kapolda bila tidak berhasil
menangkap pelaku serangan pemboman itu. Diharapkan pernyataan Kapolda ini
tidak tinggal kata-kata saja, tetapi benar-benar akan memicu suatu tindakan
nyata yang akhirnya bisa menangkap dan mengadili pelaku teror itu.
Di segi lain, perlu juga dicatat dan disesalkan pernyataan Wapres Hamzah
Haz, yang belum lama berusaha membantah adanya teroris di Indonesia,
kemudian sesudah terjadinya serangan bom di Bali, yang telah menimbulkan
korban begitu besar, dengan se-enaknya mengarahkan tudingannya terutama
pada "ketidak mampuan fihak keamanan" untuk mencegahnya. Hamzah Haz, sebagai
pejabat tertinggi nomor dua sesudah presiden, seperti tidak mengerti saja,
apa itu terorisme dan apa itu teroris. Logika Hamzah Haz tsb amat sulit
diikuti, jalan fikirannya mengenai kasus ini tak normal dan argumentasinya
balik-berbalik. Mula-mula beliau membantah bahwa di Indonesia ada teroris.
Kemudian sesudah ternyata ada serangan bom oleh teroris, buru-buru
menyatakan secara implisit bahwa serangan bom bisa terjadi, karena "ketidak
mampuan fihak aparat keamanan". Orang punya kesan bahwa yang dipersalahkan
adalah aparat keamanan.
Rohan Gunaratna, seorang akhli masalah terorisme, penulis buku terkenal
“INSIDE AL-QAEDA: GLOBAL NETWORK OF TEROR”, menyatakan dalam wawancaranya
pada CNN hari ini, bahwa satu-satunya organisasi di Indonesia yang mampu
melakukan tindakan teror seperti yang terjadi di Bali, adalah organisasi
Jamiatul Islamiah; bahwa Abu Bakar Basy’ir, pimpinan Majelis Mujahidin
Indonesia (MMI) , adalah pimpinan jaringan Al-Qaeda di Asia Tenggara.
Gunartana yakin bahwa serangan teror di Bali itu mengandung tanda-tanda
Al-Qaeda. CNN juga memberitakan bahwa seorang pejabat Indonesia menunjuk
pada jaringan Al-Qaeda sebagai pelaku dari serangan teror di Bali. Tuduhan
Amerika Serikat (AS) yang menyebut Abu Bakar Ba’asyir teroris, diamini
mantan Presiden Gus Dur. Gus Dur mengaku percaya kalau Amir Majelis
Mujahidin Indonesia (MMI) itu benar-benar teroris. "Ya, saya percaya
(Baasyir teroris). Makanya polisi tolong periksa yang teliti. Kalau memang
benar, ditahan saja. Jangan seperti Wapres Hamzah Haz yang terus-terusan
membela," tandas Gus Dur dalam perbincangan dengan Radio Elshinta
(27.09.02).
PM Australia Howard cepat sekali menuding kaum fundamentalis Islam
Indonesia, yang segolongan dengan FPI dan Mujahidin Al Islamiah, dll, yang
dikatakannya juga punya hubungan luar dengan jaringan Al Qaeda. Sebagai
reaksi terhadap suara-suara yang menuding kelompok fundamentalis Islam,
terdengar suara yang menuding CIA-AS, sebagai fihak yang harus dicurigai.
Ini a.l. dikemukakan oleh Habib Riziq Shihab, ketua Front Pembela Islam,
yang anak buahnya baru-baru ini bertindak sebagai hakim sendiri,
mengubrak-abrik sementara tempat-tempat hiburan di Jakarta. Sementara itu
CNN juga memberitakan bahwa seorang pejabat Indonesia menunjuk pada
Al-Qaeda sebagai pelaku dari serangan bom di Bali.
Pencermat Indonesia berbangsa Belanda, Prof. Dr. H. Schulte Norhold, agak
lebih hati-hati dalam memberikan reaksi. Meskipun ada alasan-alasan yang
bisa mengarah pada kecurigaan bahwa aksi teror itu dilakukan oleh fihak
fundamentalis Islam Indonesia, namun, dalam wawancaranya dengan Radio
Belanda, kemarin, Norhold menunjuk pada patron kekerasan di Indonesia sejak
zaman Orba, dimana boleh dikatakan, selalu terlibat disitu fihak aparat
keamanan atau intelejen.
Ditengah-tengah pelbagai reaksi ini kita dengar juga canang Gus Dur, yang
kiranya perlu diperhatikan. Menurut Gus Dur, beliau mengetahi siapa
pelaku/donatur perbuatan teror tsb. Mereka-mereka itu adalah “ orang-orang
dalam pemerintahan juga dulunya”. Selanjutnya menurut Gus Dur,”aparat
keamanan juga sudah tahu, koq, tapi diam aja nggak berani berhadapan dengan
orang itu”. Sayang, Gus Dur tidak bersedia menyebutkan nama kelompok tsb,
“karena harus diselidiki lagi oleh aparat keamanan”, katanya. (Gus Dur.net)
Betapapun, sebelum menunjukkan, siapa yang melakukan serangan bom tsb,
kiranya adalah lebih bijaksana, pada tahap permulaan, terlebih dulu fihak
yang bertanggung jawab atas keamanan dan seluruh masyarakat, mengadakan
penelitian yang seksama, pelacakan dan analisis , sebelum mengambil
kesimpulan yang jelas.
Fihak manapun yang nantinya mengklaim serangan bom itu, ataupun bila sudah
terdapat bukti-bukti serangan teror itu jelas dilakukan oleh fihak tertentu,
satu hal sudah jelas:
Tidak peduli dari jurusan manapun datangnya.Tidak peduli siapapun
sasarannya. Tidak peduli apapun tujuannya. Terrorisme adalah suatu tindakan
yang melanggar Hak-Hak Azasi Manusia. Terorisme adalah suatu perbuatan, yang
sedar atau tidak, hakikatnya menginjak-injak sampai ke dasar-dasarnya
prinsip-prinsip dari Hak-hak Azasi Manusia (HAM). Tindakan terrorisme,
bagaimanapun, tidak bisa dibela dengan argumentasi macam apapun.
Karena, korban terorisme, umumnya, yang utama adalah rakyat yang tidak
bersalah, orang-orang sipil yang tidak tahu menahu, yang tidak terlibat
dengan sebab-musabab yang memicu para pelaku terorisme melakukan
perbuatannya itu. Dianalisa secara dasar, tujuan terdekat tindakan terorisme
adalah menimbulkan korban sebesar mungkin pada fihak sipil, menimbulkan
ketakutan dan kekhawatiran di kalangan rakyat; menciptakan rasa was-was dan
tidak aman pada masyarakat, mengarah pada suasana ketidak stabilan, agar
masyrakat tidak bisa meneruskan kegiatan dan kehidupan secara tenang, aman,
damai dan wajar.
Hingga saat ini, belum ada yang mengklaim pemboman di Bali dan Manado.
Tetapi tujuannya jelas, yaitu menimbulkan korban dan bencana sebesar mungkin
pada orang-orang sipil. Korban yang tidak kecil. Korban yang ditimbulkannya
adalah jiwa manusia-manusia biasa. Kali ini yang disasar adalah turis-turis
orang asing, yang kebetulan banyak berasal dari Australia dan Selandia Baru.
Lain kali, sasaran bisa berubah menurut kepentingan pelakunya. Apapun warna
kulit yang menjadi korban, apapun kebangsaannya , mereka adalah manusia
biasa, yang datang ke Bali untuk menggunakan waktu liburnya untuk bersantai,
mengumpulkan tenaga baru untuk bekerja kembali sebagai orang biasa. Untuk
Bali semua itu secara langsung merupakan faktor positif bagi perkembangan
dan pertumbuhan ekonomi.
Tentu, dalam memberikan reaksi dan tanggapan terhadap aksi teror pemboman di
Bali dan Manado, dalam ikut berdukacita dengan jatuhnya korban dan
bersimpati terhadap keluarganya, dalam mengutuk aksi-aksi teroris tsb, kita
seyogianya jangan sekali-kali melupakan, bahwa selama ini, tindakan teror
terbesar dalam sejarah Indonesia, dilakukan oleh negara, yaitu ketika
negara dikuasai oleh Orba. Pada saat itulah terjadi teror negara yang
paling dahsyat, yaitu pembantaian besar-besaran terhadap rakyat yang tidak
bersalah, dalam tahun-tahun 1965, 66 dst. Selanjutnya aksi-aksi teror oleh
aparat di Aceh dan Papua, di Timor Timur dan di Tanjung Priok juga merupakan
teror negara terhadap warganegaranya sendiri. Juga terdapat bukti bahwa
dalam konflik-konflik kekerasan di Maluku dan Kalimantan, aparatkeamanan
negara terlibat di situ.
Yang teramat disayangkan, sampai kinipun kasus-kasus tsb belum tahu
bagaimana follow-upnya.
Jangan sampai timbul kesan, bahwa reaksi Indonesia yang akan melakukan
segala sesuatu untuk menangkap teroris, --- bahwa sikap dan tindakan
pemerintah itu disebabkan oleh satu hal saja : Yaitu, karena dalam serangan
teror kali ini korbannya terutama terdiri dari warganegara asing, dan
disebabkan oleh adanya tekanan keras internasional pada pemerintah
Indonesia agar Indonesia mengambil tindakan terhadap pelaku teroris.
Bagaimanapun, keselamatan warganegara sendiri, adalah yang utama!
* * *
-------------------------------------------------------------
Info & Arsip Milis Nasional: http://www.munindo.brd.de/milis/
Nasional Subscribers: http://mail2.factsoft.de/mailman/roster/national
Netetiket: http://www.munindo.brd.de/milis/netetiket.html
Nasional-m: http://www.polarhome.com/pipermail/nasional-m/
Nasional-a: http://www.polarhome.com/pipermail/nasional-a/
Nasional-e: http://www.polarhome.com/pipermail/nasional-e/
------------------Mailing List Nasional------------------